INFO : Valid! Virus HIV Pertama Ditemukan pada Pasangan Gay WASPADALAH


Lesbian, gay, biseksual, dan transgender
 (LGBT) masih menjadi topik teratas dalam pemberitaan di Indonesia, bahkan dunia. Beragam argumen sudah disampaikan, mulai dari sudut pandang kesehatan, psikologi, norma, hingga agama. Sebagaimana banyak yang kontra dengan argumen ilmiah dan logisnya, banyak pula yang membela LGBT dengan banyak argumen tak logisnya.
Oleh seorang pakar, LGBT disebut bukan penyakit. LGBT menurut sang pakar merupakan bawaan, pemberian dari ‘Tuhan’. Ia kemudian mengaitkan kesimpulannya ini dengan kondisi otak yang tidak bisa diubah.
Padahal, sebagaimana terbukti dalam penelitian paling mutakhir, otak manusia tak ubahnya plastik yang bisa adaptif dengan apa yang dimasukkan ke dalamnya. Maka, otak akan berkembang sesuai dengan diskusi, pemahaman, kebiasaan, dan lingkungan tempat tinggal seseorang.
Sang pakar, kemudian merujuk pada ‘kitab’ yang digunakan oleh para pakar kedokteran dunia yang sudah tidak memasukkan LGBT ke dalam daftar penyakit. Padahal, dikeluarkannya LGBT dari daftar penyakit bukan karena penelitian ilmiah modern, tapi karena demonstrasi besar-besaran, lantaran desakan politik.
Sementara itu, menurut kaca mata neurosciene modern yang pernah membandingkan otak LGBT dan non-LGBT setelah meninggal, keduanya terdapat perbedaan yang sangat mencolok. Mencengangkan.
Disebutkan oleh Ihsan Gumilar, seorang Peneliti Psikologi Saraf dalam Struktur Otak LGBTdalam Opini Republika (16/2/2016), volume otak penderita LGBT lebih kecil dari volume otak non-LGBT. Sebabnya, penderita homoseksual telah mengidap HIV dalam waktu yang lumayan lama sebelum meninggal. Virus itu merusak sistem imunnya, hingga berakibat pada mengecilnya volume otak.
Masih menurut Ihsan, virus LGBT pertama kali ditemukan pada pasangan gay. Fakta ini merupakan bantahan atas pendapat yang menyebutkan bahwa virus HIV pertama dijumpai pada orang Afrika yang melakukan hubungan seks dengan monyet.
“Dalam sebuah penelitian,” tulis Ihsan Gumilar, “ditemukan bahwa virus HIV pertama kali ditemukan pada pasangan gay yang melakukan hubungan seks melalui anus (rectum).” Anus merupakan tempat kotoran yang mengandung banyak bakteri.
Dari kelahiran virus HIV ini, kita harus menanggung akibatnya. Berapa korban tak bersalah yang harus terinfeksi? Berapa bayi yang mati disebabkan oleh jahatnya virus ini?
Jangan main-main dengan hal ini. Bahayanya mengancam kita semua, bukan hanya pelaku dan pendukungnya. Mulailah dari yang paling kecil dari diri sendiri, lalu keluarga dan orang-orang yang kita cintai.
Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari jahatnya LGBT dan pendukungnya.
Wallahu a’lam. [Pirman/BersamaDakwah]

Postingan populer dari blog ini

INI SOSOK YANTI PENGAMEN CANTIK DARI GROGOL

Kesehatan : Untuk Para Ibu, Jangan Panaskan Ulang 6 Jenis Makanan ini

Trik Menyimpan Cabai Agar Tidak Mudah Busuk